Portal Berita Komunitas Surabaya Kiblatnya Info Cerita Tentang Surabaya Berisi Liputan Berita Surabaya dan Kabar Seputar Kota Surabaya - Support Local Talent in Surabaya.


Senin, 20 Juni 2022

Jalan Tunjungan Di Surabaya Yang Melegenda

| Senin, 20 Juni 2022

 Jalan Tunjungan sebagai teritori komersil di kota Surabaya. Di sejauh jalan ini lebih banyak dijumpai bank, toko electronic dan pusat belanja. Pada 2021 lalu, Jalan Tunjungan Surabaya disahkan sebagai teritori tujuan rekreasi satu tingkat jalan Malioboro di Yogyakarta bernama "Tunjungan Romansa". Di teritori ini, pengunjung bakal ada sajian kulineran dari beberapa aktor Usaha Micro Kecil dan Menengah (UMKM) Surabaya komplet dengan penampilan selingan seni dan budaya.






Jalan Tunjungan Jadi Tempat Wisata


Jalan Tunjungan Surabaya sah dihidupkan kembali sebagai tempat rekreasi. Pembukaan jalan monumental di Kota Pahlawan itu dikasih judul 'Tunjungan Romansa'.

"Sesudah acara ini dan memulai malam selanjutnya, karena itu Tunjungan bisa menjadi Tunjungan Romansa," tutur Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat buka Tunjungan Romansa, Minggu (21/11/2021).


Eri menerangkan, warga yang tiba di teritori Tunjungan tidak cuma disajikan situasinya semata-mata. Tetapi, beragam spot photo yang sudah dihias dengan beragam mural, bermacam produk UMKM dan tempat menyaksikan pergelaran seni dan budaya sampai kulineran.


Sejarah Jalan Tunjungan


Penentuan sebagai teritori cagar budaya tentu saja mempunyai persyaratan khusus. Satu diantaranya bangunan harus berumur lebih dari 50 tahun dan mempunyai riwayat atau kejadian khusus. Disini bisa saksikan jika, teritori Jalan Tunjungan mempunyai riwayat panjang di Surabaya.


Hotel Majapahit Jadi Saksi Bisu Tindakan Perobekan Bendera

Ada di Jalan Tunjungan No 65, dibuat semenjak tahun 1910, oleh pembisnis sukses asal Armenia namanya Lucas Martin Sarkles. Di tanggal 19 September 1945, terjadi tindakan heorik di antara milter Belanda dengan arek-arek Suroboyo.


Bermula dari tidak berhasilnya pembicaraan di antara Indonesia dan Belanda. Dalam pembicaraan itu, faksi Belanda yang diwakilkan oleh W.V. Ch. Ploegman tidak ingin turunkan bendera kenegaraannya di Surabaya. Berikut yang membuat kemarahan arek-arek Suroboyo bertambah.


Masalahnya waktu itu hotel dijadikan pusat instruksi milter Belanda. Ujung menara ada tiang komplet bendera Belanda (Merah, Putih, Biru) berkibar. Atas keberanian arek-arek Suroboyo, mereka sukses menantang Belanda dan naik ke atas tiang untuk menyobek warna biru pada bendera. Hingga cuma sisa warna merah putih.


Di awal penjajahan Belanda, Martin memberikannya bernama Hotel Oranje. Di periode wargaan Jepang, ganti nama jadi Hotel Yamato. Saat kejadian perobekan bendera saat itu, namanya beralih menjadi Hotel Merdeka. Sesudah Indonesia merdeka, hotel kembali diambil pindah oleh Lucas dan ganti nama kembali jadi LMS Hotel atau Lucas Martin Sarkles Hotel. Sampai di tahun 1969, dengan cara resmi jadi Hotel Majapahit sampai sekarang ini.


Gedung Loge de Vriendschap (Kantor BPN) Dipanggil Gedung Setan

Siapa kira, rupanya bangunan cagar budaya ini dahulunya sebagai tempat ritus penyembahan setan oleh menir-menir Belanda. Ada di Jalan Tunjungan No 80, bersebrangan pas di muka Hotel Majapahit. Tetapi, tidak beberapa orang tahu karena saat ini dihimpit oleh beberapa toko.


Untuk jalankan visi kemanusiaan dan spiritual, menir-menir dan warga lokal yang punya pengaruh mengawali panggil roh orang mati. Diperkokoh karena ada simbol periode dan garis di bagian depan gedung.


Periode dan garis, simbol yang berwujud empat persegi dan di tengah-tengahnya ada dua tangan berjabatan mempunyai kemiripan dengan simbol punya organisasi Freemason. Freemason sebagai organisasi persaudaraan yang ada di abad-17 di Inggris. Freemason bukan seperti organisasi keagamaan yang tidak bertuhan. Tetapi, visi intinya yakni membuat persaudaraan dan junjung kebebasan berpikiran.


Dalam jalankan tugasnya, golongan freemason lakukan ritus panggilan roh. Hingga mempunyai kemiripan dengan yang dilaksanakan oleh menir-menir Belanda di Gedung Loge de Vriendschap periode itu.


Gedung Siola Pernah Jadi Pusat Perbelanjaan Paling besar

Beralamat di Jalan Tunjungan No 1, Gedung Siola dibuat di tahun 1877 oleh pebisnis asal Inggris Namanya Robert Liadlaw untuk membentuk bisnis. Waktu itu, gedung masih namanya Het Engelsche Warenhuis. Dan cap yang diberi oleh Robert ialah Whiteaway Laidlaw.


Di jaman itu, usaha Robert berkembang benar-benar cepat dan dikukuhkan sebagai pusat belanja tekstil paling besar. Tetapi, di tahun 1935 upayanya gulung alas dan dipasarkan ke pebisnis asal Jepang, gedung ganti nama jadi Toko Chidoya, usahanya jual tas dan koper.


Tidak selang berapakah lama, saat Jepang runduk pada sekutu, di tahun 1945, Gedung Siola jadi pusat pertahanan Surabaya untuk mengawasi pergerakan lawan dari arah utara. Tidak sangsi bila tempat ini disebutkan dengan Gedung Perjuangan Pemuda Surabaya.


Di tahun 1960, terjadi pertarungan di tempat itu sampai merusak bangunan gedung. Selanjutnya kemerdekaan kembali dicapai, gedung diperbaiki dan beralih menjadi Toko Siola

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar